BAB 7 - MATERI 1. Tantangan awal setelah kemerdekaan Indonesia

Mapel : Sejarah Indonesia
Kelas : XI MIPA & XI IPS


Assalamualaikum wr.wb. 
Salam sejahtera untuk kita semua.
Sebelum kita mulai melaksanakan kegiatan belajar hari ini, marilah kita berdoa terlebih dahulu. Silahkan berdoa sesuai ajaran agama masing-masing. Berdoa dipersilahkan..

Selamat datang di kelas online. Pada kali ini kita akan membahas tantangan awal kemerdekaan Indonesia. 
Ternyata Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II merasa memiliki hak atas nasib bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk kembali ke Indonesia dan menancapkan kolonialisme dan imperialismenya. 

#Kondisi awal setelah kemerdekaan Indonesia
Kondisi awal kemerdekaan secara politis belum begitu mapan. Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi. Contohnya rakyat Indonesia masih harus bentrok dengan sisa- sisa kekuatan Jepang yang menjaga status quo. Di samping menghadapi kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga NICA (Belanda) yang berhasil datang kembali ke Indonesia dengan membonceng Sekutu.

Kondisi perekonomian Indonesia masih sangat memprihatinkan, sehingga terjadi inflasi yang cukup berat. Hal ini dipicu karena peredaran mata uang rupiah Jepang yang tak terkendali. Permerintah RI sendiri tidak bisa melarang beredarnya mata uang tersebut, mengingat Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri. Waktu itu berlaku tiga jenis mata uang: De Javaesche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang rupiah Jepang.

Kondisi perekonomian ini semakin parah karena adanya blokade yang dilakukan Belanda (NICA). Belanda juga terus memberi tekanan dan teror terhadap pemerintah Indonesia. Inilah yang menyebabkan Jakarta semakin kacau, sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke Yogyakarta. Namun pada 1 Oktober 1946, Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI, uang NICA dinyatakan sebagai alat tukar yang tidak sah.

#Kedatangan Sekutu dan Belanda  ke Indonesia
Perlu kalian ketahui, Penyerahan Jepang kepada Sekutu tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945 membuat analogi bahwa Sekutu memiliki hak atas kekuasaan Jepang termasuk wilayah Indonesia. Belanda adalah salah satu negara yang berada di balik kelompok Sekutu. 

Bagi Sekutu dan Belanda, Indonesia dalam masa vacuum of power atau kekosongan pemerintahan. Karena itu, logika Belanda adalah kembali berkuasa atas Indonesia seperti sebelum Indonesia direbut Jepang. Namun faktanya, rakyat Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan bayangan Belanda dan Sekutu. Karena itu, dapat diprediksi kejadian berikutnya, yakni pertentangan atau konflik antara Indonesia dan Sekutu maupun Belanda.

Perlu diingat... Setelah PD II, terjadi perundingan Belanda dengan Inggris di London yang menghasilkan Civil Affairs Agreement. Isinya tentang pengaturan penyerahan kembali Indonesia dari pihak Inggris kepada Belanda, khusus yang menyangkut daerah Sumatra, sebagai daerah yang berada di bawah pengawasan SEAC (South East Asia Command). Setelah diketahui Jepang menyerah, maka Belanda mendesak Inggris agar segera mengesahkan perundingan tersebut. Pada akhirnya tanggal 24 Agustus 1945, hasil perundingan tersebut disahkan. Berdasarkan persetujuan Potsdam, isi Civil Affairs Agreement diperluas, hasilnya Inggris bertanggung jawab untuk seluruh Indonesia. Untuk melaksanakan hasil tersebut Lord Louis Mountbatten yan beraa di Singapura segera mengatur pendaratan tentara Sekutu di Indonesia. Kemudian pada tanggal 16 September 1945, wakil Mountbatten, yakni Laksamana Muda WR Patterson dengan menumpang Kapal Cumberland, mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dalam rombongan Patterson ikut serta Van Der Plass seorang Belanda yang mewakili H.J. Van Mook (Pemimpin NICA). Setelah informasi dan persiapan dipandang cukup, maka Louis Mountbatten membentuk pasukan komando khusus yang disebut AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indiers) di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison.

Tugas tentara AFNEI di Indonesia adalah :
1. Menerima penyerahan kekuasaan tentara Jepang tanpa syarat. 
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu. 
3. Melucuti dan mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan ke negerinya. 
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai, menciptakan ketertiban, dan keamanan, untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil. 
5. Mengumpulkan keterangan tentang penjahat perang untuk kemudian diadili sesuai hukum yang berlaku.

Pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945. Kekuatan pasukan AFNEI dibagi menjadi tiga divisi, yaitu : 
1. Divisi India 23 di bawah pimpinan Jenderal DC Hawthorn. Daerah tugasnya di Jawa bagian barat dan berpusat di Jakarta. 
2. Divisi India 5 di bawah komando Jenderal EC Mansergh bertugas di Jawa bagian timur dan berpusat di Surabaya. 
3. Divisi India 26 di bawah komando Jenderal HM Chambers, bertugas di Sumatra, pusatnya ada di Medan.

Kedatangan tentara Sekutu ternyata diboncengi NICA yang akan menegakkan kembali kekuatannya di Indonesia. Hal ini menimbulkan kecurigaan dari rakyat Indonesia terhadap Sekutu dan bersikap anti Belanda. Sementara Christison sebagai pemimpin AFNEI menyadari bahwa, untuk menjalankan tugasnya tidak mungkin tanpa bantuan pemerintah RI. Oleh karena itu, Christison bersedia berunding dengan pernerintah RI. Kemudian, Christison pada tanggal 1 Oktober 1945 mengeluarkan pernyataan pengakuan secara de facto tentang negara Indonesia. Namun, dalam kenyataannya pernyataan tersebut banyak dilanggarnya.

Bagaimana kelanjutannya.. kita lanjutkan pada materi 2 yaa..
Bersambung....

Jika ada pertanyaan silahkan komentar di kolom komentar ya.. yang bertanya akan mendapatkan poin lho..

Jika sudah tidak ada pertanyaan.. silahkan kalian Klik Link dibawah ini ya untuk mengerjakan evaluasi materi 1 bab 7 :

No comments: