BAB 6 - MATERI 2. Sambutan Rakyat Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Mapel : Sejarah Indonesia
Kelas : XI MIPA & XI IPS


Assalamualaikum wr. wb.
Salam sejahtera untuk kita semua.

Sebelum kita mulai belajar dikelas online ini, marilah kita berdoa terlebih dahulu. Silahkan berdoa sesuai ajaran agama masing-masing. Berdoa dipersilahkan..

Oke...pada materi 2 ini kita akan membahas bagaimana mana sih sambutan Rakyat Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan? dan bagaimana perjuangan mereka dalam menyebarkan berita proklamasi.
Oke.. langsung saja..
Kalian masih ingat kan bahwa proklamasi dilaksanakan dengan persiapan yang seadanya oleh para tokoh pendiri bangsa kita. Tantangan selanjutnya adalah ternyata masyarakat di daerah belum mengetahui jikalau Indonesia sudah merdeka. Hal ini dikarenakan alat komunikasi yang terbatas waktu itu. 

Usaha yang dilakukan untuk menyebarkan berita Proklamasi kemerdekaan ketika itu adalah melalui radio, tetapi Jepang 
menentang upaya penyiaran tersebut, dan malah memerintahkan agar para penyiar meralat berita proklamasi sebagai sesuatu kekeliruan. Tampaknya para penyiar tetap tidak mau memenuhi seruan pihak Jepang. Oleh karena itu, pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancarnya disegel dan para pegawainya dilarang masuk.

Perjuangan tidak berhenti disitu, Mereka kemudian membuat pemancar baru di Menteng 31. Di samping melalui siaran radio, para wartawan juga menyebarluaskan berita proklamasi melalui media cetak, seperti surat kabar, dan selebaran.

Tanggal 5 September 1945, Gedung Radio Jakarta dapat dikuasai para pemuda Indonesia. Tanggal 11 September 1945, seluruh Jawatan Radio berhasil dikuasai oleh Republik. Oleh karena itu, tanggal 11 September dijadikan hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).

Akhirnya pada bulan September 1945, berita Proklamasi diketahui di wilayah-wilayah yang terpencil. Dan bahkan pada tanggal 19 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII telah mengirim kawat (telegram) ucapan selamat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas.terpilihnya dua tokoh tersebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Secara garis besar keempat penguasa kerajaan yang ada di Jawa Tengah menyatakan dukungan mereka kepada Republik, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman, dan Mangkunegaran.

Kemudian untuk mempertegas sikapnya, Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VII pada tanggal 5 September 1945 mengeluarkan amanat antara lain sebagai berikut :
1. Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari Negara Indonesia.
2. Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat.
3. Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara RI bersifat langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung jawab kepada Presiden.

Secara keseluruhan rakyat Indonesia menyambut kemerdekaan dengan sangat antusias.

Namun... Jepang belum juga mengakui Negara Republik Indonesia dan bahkan Jepang malah mempertahankan status quo-nya dengan mengatasnamakan Sekutu, mendorong rakyat Indonesia yang baru saja merdeka, untuk segera membentuk pemerintah yang baru dan mengambil langkah-langkah nyata.

Rakyat Indonesia semakin bertambah tidak puas ketika mengetahui pendaratan pasukan Sekutu dibawah pimpinan Mayor Geenhalgh, di Kemayoran pada 8 September 1945. Rakyat dari berbagai penjuru dengan tertib berdatangan ke Lapangan Ikada dengan membawa poster dan bendera merah-putih. Mereka menuntut kebulatan tekat untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Dan juga bertekad untuk menunjukkan pada dunia internasional bahwa kemerdekaan Indonesia bukan atas bantuan Jepang, akan tetapi merupakan tekad seluruh rakyat Indonesia.

Pada tanggal 3 - 11 September 1945, para pemuda di Jakarta mengambil alih kekuasaan atas stasiun-stasiun kereta api, sistem listrik, dan stasiun pemancar radio tanpa mendapat perlawanan dari pihak Jepang. Pada akhir bulan September 1945, instalasi-instalasi penting di Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Bandung juga sudah berada di tangan para pemuda Indonesia.

Pada 19 September 1945, Melihat tekad rakyat yang menggelora dan tidak dapat dihalangi meskipun oleh tentara Jepang sekalipun. Presiden Sukarno dan Moh. Hatta dan para menteri untuk datang ke Lapangan Ikada. Pada kesempatan itu Sukarno menyampaikan pidatonya yang disambut dengan gegap gempita oleh rakyat. Rapat itu berlangsung tertib dan damai.

Sementara itu di Surabaya, memasuki bulan September 1945, terjadi gerakan perebutan senjata di gudang Don Bosco. Rakyat Surabaya juga merebut Markas Pertahanan Jepang di Jawa Timur, serta pangkalan Angkatan Laut di Ujung sekaligus merebut pabrik-pabrik yang tersebar di sana.

Untuk mengambil alih Indonesia, Orang-orang Inggris dan Belanda yang sebagian telah datang, langsung berhubungan dengan Jepang. Mereka menginap di Hotel Yamato atau Hotel Oranye pada zaman Belanda (sekarang Hotel Majapahit). Pada tanggal 19 September 1945, seorang bernama Ploegman dibantu kawan-kawannya mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato. Residen Sudirman segera memperingatkan agar Ploegman dan kawan-kawannya. menurunkan bendera tersebut. Peringatan itu tidak mendapat tanggapan. Hal ini telah mendorong kemarahan para pemuda Surabaya. Para pemuda Surabaya kemudian menyerbu Hotel Yamato. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Merah Putih Biru, kemudian merobek bagian warna birunnya. Setelah itu, bendera tersebut dikibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih. Dengan berkibamya bendera Merah Putih maka dengan penuh semangat dan tetap menjaga kewaspadaan, para pemuda itu satu per satu meninggalkan Hotel Yamato.

Bersambung...

Jika ada pertanyaan silahkan komentar di kolom komentar ya.. yang bertanya akan mendapatkan poin lho..

Jika sudah tidak ada pertanyaan.. silahkan kalian Klik Link dibawah ini ya untuk mengerjakan evaluasi berupa pilihan ganda saja. Tenang.. Boleh membuka buku atau cari di internet. 😉

Silahkan kalian klik gambar dibawah ini untuk mengerjakan evaluasi materi ini.

No comments: